Options:

Joko Kendil

 


Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa kecil di lereng gunung, hiduplah seorang janda miskin yang hanya memiliki seorang anak laki-laki. Anak itu bernama Joko Kendil. Sejak lahir, tubuh Joko berbeda dari anak-anak lain. Ia kecil, bundar, dan bentuk tubuhnya mirip kendil (periuk tanah liat). Karena itulah orang-orang desa menertawakannya dan memanggilnya dengan sebutan Joko Kendil.

Meskipun tubuhnya aneh, hati Joko Kendil sangat baik. Ia rajin menolong ibunya, bekerja keras di ladang, dan tidak pernah marah ketika orang mengejeknya.

Suatu hari, ketika Joko Kendil beranjak dewasa, ia memberanikan diri untuk melamar putri raja yang terkenal cantik jelita. Tentu saja banyak orang yang menertawakan keberaniannya.

“Mana mungkin seorang seperti Joko Kendil bisa menikahi putri raja?” ejek mereka.

Namun, Joko Kendil tidak gentar. Ia menghadap ke istana dengan niat yang tulus. Ajaibnya, sang putri justru menerima lamaran Joko Kendil. Bagi sang putri, yang terpenting adalah hati yang tulus, bukan rupa luar.

Rakyat pun tercengang ketika mendengar kabar itu.

Malam sebelum pernikahan, terjadi sebuah keajaiban. Saat bulan purnama bersinar terang, tubuh Joko Kendil yang bundar tiba-tiba memancarkan cahaya. Seketika, wujudnya berubah menjadi seorang pemuda tampan dan gagah perkasa. Rupanya, selama ini Joko Kendil berada dalam kutukan, dan hanya cinta sejati yang bisa mematahkan kutukan itu.

Sang putri sangat bahagia, begitu pula ibunda Joko Kendil. Mereka hidup berbahagia dan dihormati oleh seluruh rakyat.

Pesan Moral Kisah Joko Kendil

  1. Jangan menilai orang dari rupa luarnya, karena hati yang tulus lebih berharga.

  2. Kesetiaan dan ketulusan cinta mampu mengalahkan segala kekurangan.

  3. Kerja keras dan sikap rendah hati akan membawa kebahagiaan.

Pandhuan cara nembang praktis

 

 Pandhuan cara nembang praktis Kepangku Kapang (Macapat Dhandhanggula lan Pangkur). Supados saged dipun praktekaken kanthi swara, sanajan tanpa gamelan dhisik.

A.Pandhuan Nembang Macapat

1. Dhandhanggula – Kepangku Kapang

  • Watak: alus, endah, cocok kanggo ngemu rasa katresnan lan pangajab.

  • Pathet: sléndro manyura.

  • Ciri: irama alus, suwuk (tutup) ing nada 2 (ro) utawa 1 (ji).

Cara nembang:

  1. Wiwiti nganggo swara 5 (ma) → ngluncur alus.

  2. Teteg (nahan swara) ing 6 (nem) nalika tekan tembung-tembung utama.

  3. Ngleleh (ngendhog swara) nalika pungkasan gatra ing a / i / é / u.

  4. Suwuk pungkasan tembang ing 2 (ro) kanthi alus, lir meneng.

2. Pangkur – Kepangku Kapang

  • Watak: gagah, semangat, nanging isih endah.

  • Pathet: sléndro manyura.

  • Ciri: irama luwih mantap, suwuk ing nada 6 (nem) utawa 5 (ma).

Cara nembang:

  1. Awali nganggo swara 6 (nem) kanthi mantap.

  2. Nalika tekan tembung-tembung gagah (“linuwih”, “manungsa”, “pepangkal kalbu”) tekanen nganggo 1 (ji) utawa 5 (ma) rada sereng.

  3. Tansah gawe alur munggah-mudhun (ndhuwur-ngerem) kaya gelombang.

  4. Suwuk pungkasan gatra ditutup kanthi 6 (nem) teges, lir mantap nanging isih lembut.

3. Tips Praktis Nembang

  • Ambegan (napas): ambegan mawa irama, aja kesusu.

  • Teteg & nuthuk: saben suku kata penting diteteg (ditekan swarane).

  • Suwuk: aja langsung mandheg, nanging lelehake swara kaya banyu mili.

  • Rasa: lebokna rasa — Dhandhanggula luwih romantis, Pangkur luwih semangat.


Dados, menawi panjenengan nyoba nembang:

  • Wiwit alus lan ngalir (kaya dolanan swara) ing Dhandhanggula.

  • Lajeng coba mantap, gagah, nanging enak dipangku ing Pangkur.

Macapat Pangkur: Kepangku Kapang

 

Watake Pangkur yaiku semangat, gagah nanging isih ngemu rasa endah.

Guru wilangan / guru lagu: 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i

Kepangku kapang rasa suci linuwih (8a)

Sumebar ambara ngresep ing ati manungsa (11i)

Wengi sunaring lintang nyumurupi (8u)

Katresnan sejati (7a)

Ora kasandhung dene pepalang tumraping kalbu (12u)

Rasaning jagad endah (8a)

Gumelaring ati murni (8i)


(Laras Sléndro Manyura)

Guru wilangan / lagu: 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i

1️⃣ Kepangku kapang rasa suci linuwih
🎵 5 6 1 2 | 3 2 1 6 5a

2️⃣ Sumebar ambara ngresep ing ati manungsa
🎵 5 6 1 2 3 | 2 1 6 5 3 2i

3️⃣ Wengi sunaring lintang nyumurupi
🎵 3 2 1 2 | 6 5 6 1u

4️⃣ Katresnan sejati
🎵 5 6 1 | 2 3a

5️⃣ Ora kasandhung dene pepalang tumraping kalbu
🎵 3 2 1 2 3 | 2 1 6 5 3 2u

6️⃣ Rasaning jagad endah
🎵 6 5 3 | 2 1a

7️⃣ Gumelaring ati murni
🎵 5 6 1 2 | 3 2i

Keterangan:

  • 1 = ji, 2 = ro, 3 = lu, 5 = ma, 6 = nem (sléndro).

  • a / i / u = guru lagu macapat.

  • Nada pungkasan saben gatra dicocogaken kaliyan guru lagu Pangkur.



Macapat Dhandhanggula: Kepangku Kapang

 Guru wilangan / guru lagu: 10i, 10a, 8é, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a


Kepangku kapang rasa tresna murni (10i) 

Lumebu ing ati rasa raharja (10a)

Wengi katon padhangé (8é)

Lintang sumunar (7u)

Sumirat rahsa suci (9i)

Katresnan tan owah (7a)

Langgeng selawase (6u)

Sumrambah donya (8a)

Gumelaring ati tansah rumeksa tresna (12i)

Dadi pepadang jiwangga (7a)

Kidung punika saged dipun tembangaken nganggo pathet Dhandhanggula.


(Notasi sléndro manyura)

1️⃣ Kepangku kapang rasa tresna murni
🎵 5 6 1 2 | 3 2 1 6 5 3 2i

2️⃣ Lumebu ing ati rasa raharja
🎵 3 2 1 2 | 6 5 6 1 2a

3️⃣ Wengi katon padhangé
🎵 2 1 6 | 5 6 1 2é

4️⃣ Lintang sumunar
🎵 3 2 1 | 6 5u

5️⃣ Sumirat rahsa suci
🎵 5 6 1 2 | 3 2 1 2i

6️⃣ Katresnan tan owah
🎵 6 5 3 | 2 1a

7️⃣ Langgeng selawase
🎵 5 6 1 | 2 3u

8️⃣ Sumrambah donya
🎵 6 5 3 | 2 1a

9️⃣ Gumelaring ati tansah rumeksa tresna
🎵 5 6 1 2 | 3 2 1 6 5 3 2 1i

🔟 Dadi pepadang jiwangga
🎵 3 2 1 | 6 5a


Keterangan:

  • Angka 1–6 = nada gamelan (sléndro: 1 = ji, 2 = ro, 3 = lu, 5 = ma, 6 = nem).

  • Tanda a/i/u/é = nututi guru lagu tembang macapat.

  • Tembung pungkasan saben gatra dipun cocogaken kaliyan guru lagu.

Kisah Anak Gembala yang Sholih

 

Di sebuah desa kecil di kaki gunung, hiduplah seorang anak bernama Hasan. Sejak kecil, ia sudah terbiasa membantu ayahnya menggembalakan kambing di padang rumput. Meskipun hidupnya sederhana, Hasan terkenal di desanya sebagai anak yang jujur, sopan, dan rajin beribadah.

Setiap pagi, setelah sholat Subuh, Hasan membawa kambing-kambing keluarganya ke padang rumput. Sambil menggembala, ia selalu membaca Al-Qur’an yang ia bawa di saku bajunya. Ia percaya, membaca ayat-ayat Allah akan membuat hatinya tenang dan rezekinya berkah.

Suatu hari, ketika Hasan sedang beristirahat di bawah pohon rindang, datanglah seorang saudagar kaya dari kota. Saudagar itu sedang kehausan dan lapar karena tersesat di perjalanan. Hasan pun segera memberikan bekalnya, meskipun itu adalah satu-satunya makanan yang ia bawa hari itu.

Saudagar itu kagum dengan kebaikan hati Hasan. Ia lalu mencoba menguji kejujuran anak itu.
“Hasan,” kata saudagar, “jika kau mau, jualkan padaku seekor kambing dari gembalaanmu. Katakan saja pada ayahmu bahwa kambing itu dimakan serigala.”

Hasan menunduk, lalu menjawab dengan tegas,
“Maaf, Tuan. Ayahku mungkin tidak tahu, tapi Allah Maha Tahu. Bagaimana aku bisa berbohong di hadapan-Nya?”

Mendengar itu, saudagar terdiam. Air matanya hampir jatuh. Ia sadar bahwa anak kecil ini memiliki iman yang lebih kuat daripada banyak orang dewasa.

Beberapa bulan kemudian, saudagar itu kembali ke desa Hasan. Ia membawa hadiah seekor sapi, uang, dan beberapa kitab untuk Hasan belajar agama. Ia berkata,
“Hasan, engkau telah mengajarkanku arti kejujuran dan takut kepada Allah. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”

Hasan pun semakin rajin belajar. Bertahun-tahun kemudian, ia tumbuh menjadi seorang ulama dan pemimpin yang adil di desanya, dikenal sebagai “Hasan al-Gembala yang Sholih” — simbol kejujuran dan ketaatan kepada Allah.

Hasan, Anak Gembala yang Sholih

 


Di sebuah desa yang dikelilingi sawah dan gunung hijau, hiduplah seorang anak bernama Hasan.

Hasan tinggal bersama ayah dan ibunya di rumah kecil dari kayu.
Setiap pagi, setelah sholat Subuh, Hasan membantu ayahnya menggembalakan kambing di padang rumput.

Hasan suka sekali mengaji. Ia selalu membawa Al-Qur’an kecil di sakunya.
Saat kambing-kambingnya sedang makan rumput, Hasan duduk di bawah pohon sambil membaca ayat-ayat suci.

Suatu pagi yang cerah…

Hasan sedang beristirahat ketika datang seorang Pak Saudagar dari kota. Pak Saudagar terlihat kehausan dan kelaparan.

Hasan cepat-cepat mengeluarkan bekalnya: sepotong roti dan air minum.
“Silakan, Pak. Ini saja yang saya punya, tapi Bapak boleh memakannya,” kata Hasan sambil tersenyum.

Pak Saudagar terharu, lalu berkata,
“Hasan, maukah kamu menjual satu kambingmu padaku? Bilang saja pada ayahmu kalau kambing itu dimakan serigala.”

Hasan terkejut, lalu berkata dengan mantap:
“Tidak, Pak. Ayah saya mungkin tidak tahu, tapi Allah selalu tahu. Saya tidak mau berbohong.”

Pak Saudagar terdiam. Hatinyapun terasa hangat.
Ia pamit dengan senyum, lalu pergi.

Beberapa bulan kemudian, Pak Saudagar datang lagi.
Kali ini ia membawa seekor sapi, uang, dan buku-buku agama untuk Hasan.
“Hasan,” katanya, “Kau telah mengajariku arti kejujuran. Semoga Allah memberkahi hidupmu.”

Tahun demi tahun berlalu… Hasan tumbuh menjadi ulama yang bijak di desanya.
Semua orang mengenalnya sebagai Hasan al-Gembala yang Sholih.


Pesan untuk Anak-anak:

  1. Selalu jujur, walaupun tidak ada yang melihat.

  2. Takutlah kepada Allah, karena Allah selalu tahu apa yang kita lakukan.

  3. Berbuat baik, maka kebaikan akan kembali kepada kita.