Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa kecil di lereng gunung, hiduplah seorang janda miskin yang hanya memiliki seorang anak laki-laki. Anak itu bernama Joko Kendil. Sejak lahir, tubuh Joko berbeda dari anak-anak lain. Ia kecil, bundar, dan bentuk tubuhnya mirip kendil (periuk tanah liat). Karena itulah orang-orang desa menertawakannya dan memanggilnya dengan sebutan Joko Kendil.
Meskipun tubuhnya aneh, hati Joko Kendil sangat baik. Ia rajin menolong ibunya, bekerja keras di ladang, dan tidak pernah marah ketika orang mengejeknya.
Suatu hari, ketika Joko Kendil beranjak dewasa, ia memberanikan diri untuk melamar putri raja yang terkenal cantik jelita. Tentu saja banyak orang yang menertawakan keberaniannya.
“Mana mungkin seorang seperti Joko Kendil bisa menikahi putri raja?” ejek mereka.
Namun, Joko Kendil tidak gentar. Ia menghadap ke istana dengan niat yang tulus. Ajaibnya, sang putri justru menerima lamaran Joko Kendil. Bagi sang putri, yang terpenting adalah hati yang tulus, bukan rupa luar.
Rakyat pun tercengang ketika mendengar kabar itu.
Malam sebelum pernikahan, terjadi sebuah keajaiban. Saat bulan purnama bersinar terang, tubuh Joko Kendil yang bundar tiba-tiba memancarkan cahaya. Seketika, wujudnya berubah menjadi seorang pemuda tampan dan gagah perkasa. Rupanya, selama ini Joko Kendil berada dalam kutukan, dan hanya cinta sejati yang bisa mematahkan kutukan itu.
Sang putri sangat bahagia, begitu pula ibunda Joko Kendil. Mereka hidup berbahagia dan dihormati oleh seluruh rakyat.
Pesan Moral Kisah Joko Kendil
-
Jangan menilai orang dari rupa luarnya, karena hati yang tulus lebih berharga.
-
Kesetiaan dan ketulusan cinta mampu mengalahkan segala kekurangan.
-
Kerja keras dan sikap rendah hati akan membawa kebahagiaan.