Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah hijau, tinggallah seorang anak laki-laki bernama Adi. Adi adalah anak tunggal dari pasangan petani yang hidup sederhana, Pak Iskandar dan Bu Kartini. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Adi tumbuh sebagai anak yang ceria dan penuh semangat.
Setiap hari, Adi membantu orangtuanya di sawah atau di kebun mereka. Dia rajin menyiram tanaman, memanen padi, dan membersihkan halaman. Walaupun kadang lelah, Adi selalu melakukannya dengan senang hati karena dia tahu bahwa pekerjaan itu akan meringankan beban orangtuanya.
Suatu hari, Pak Iskandar jatuh sakit. Dia terbaring lemah di tempat tidur, tidak mampu bekerja seperti biasa. Bu Kartini, meskipun sangat sedih, tetap kuat dan bekerja keras untuk mengurus suami dan kebun mereka. Adi merasa sedih melihat keadaan ayahnya, namun dia tidak putus asa. Dia mengambil alih pekerjaan di sawah dengan penuh semangat. Setiap hari, setelah sekolah, Adi pergi ke sawah untuk bekerja. Dia belajar dari tetangga-tetangga bagaimana cara merawat tanaman dengan lebih baik, dan dia melakukannya dengan tekun.
Walaupun kadang-kadang dia merasa lelah dan ingin bermain dengan teman-temannya, Adi tetap bertahan. Dia percaya bahwa dengan bekerja keras, dia bisa membantu ayahnya pulih. Bu Kartini sangat terharu melihat keuletan dan ketekunan Adi. Meskipun dia khawatir dengan kesehatan suaminya, dia merasa bangga memiliki anak sebaik Adi.
Beberapa bulan berlalu, Pak Iskandar mulai membaik. Dia duduk bersama Adi di bawah pohon di halaman rumah mereka. Dengan mata berkaca-kaca, Pak Iskandar memandang anaknya dengan penuh rasa terima kasih dan cinta.
"Terima kasih, nak, karena telah begitu gigih membantu kami selama saya sakit," kata Pak Iskandar dengan suara lembut.
Adi tersenyum dan menggelengkan kepala. "Ini kewajibanku, Ayah. Saya hanya ingin Ayah cepat sembuh," jawabnya sambil memeluk ayahnya erat.
Bu Kartini juga ikut tersenyum bahagia. "Adi, Mama bangga sekali punya anak sebaik kamu. Terima kasih, nak," ucapnya sambil mengusap kepala Adi dengan lembut.
Adi merasa hangat di dalam hatinya. Dia merasa senang bisa membantu orangtuanya dan melihat mereka tersenyum bahagia. Dia belajar bahwa dengan berbakti kepada orangtua, kita tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi juga mendapatkan kebahagiaan sendiri.
Sejak hari itu, Adi tidak pernah melupakan pentingnya berbakti kepada orangtua dan selalu berusaha untuk membalas budi kepada mereka dengan penuh kasih sayang.
0 Comments so far »
Leave a comment